CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Selasa, 16 Juni 2009

BBG

Bahan Bakar Gas

A. Pendahuluan
Bahan Bakar Gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan dan aman, bersih andal, murah, dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana ( CH4) dan etana (C2H6) lebih kurang 90% dan selebihnya adalah gas propana (C3H8), butana (C4H10), pentana (C5H10), nitrogen dan karbon dioksida. BBG lebih ringan daripada udara dengan berat jenis sekitar 0,6036 dan mempunyai nilai oktan 120. Agar setiap kendaraan BBG dapat membawa gas sebanyak mungkin, BBG dimasukkan ke dalam tangki dengan dimampatkan sekitar 200 bar dan masih berbentuk gas.
Sudah sekitar 11 tahun Bahan Bakar Gas (BBG) dipasarkan secara komersial sebagai bahan bakar kendaraan bermotor di Indonesia, namun perkembangan penjualannya berjalan sangat lambat. Konsumsi BBG hanya 0,33 % dari total konsumsi bahan bakar kendaraan di wilyah Pantai Utara (Pantura) Jawa. Beberapa penyebab kelambanan pengembangan dan pemasyarakatan BBG antara lain:
• Dari sisi produsen. Harga jual BBG lebih rendah dari biaya pengadaannya sehingga produsen enggan mengembangkan usaha ini. Apabila harga jual BBG dinaikan akan makin sulit bersaing dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya disubsidi.
• Dari sisi konsumen. Conversion kit dari BBM ke BBG dirasakan terlalu mahal, SPBG sulit diperoleh dan masyarakat sudah terbiasa menggunakan bahan bakar cair.
Disisi lain, upaya penghematan konsumsi BBM melalui program diversifikasi energi sudah merupakan agenda nasional yang mendesak mengingat:
• Indonesia akan menjadi net oil importer dalam waktu yang tidak lama lagi. Ketika stasus net importer tiba, kita tidak bisa menghindar dari keharusan mengkonsumsi BBM dengan harga sesuai pasar yakni sekitar 3 kali lipat dari harga BBM saat ini.
• Anggaran subsidi BBM terus meningkat. Pada APBN 1998/2000, jumlahnya mencapai Rp 39,89 trilyun dan tahun 2000 diperkirakan lebih dari Rp. 45 trilyun.
• Anggaran subsidi tersebut sebagian digunakan untuk mengimpor BBM yang pada tahun 2000 (s/d bulan September) nilainya sudah mencapai US$ 2,34 milyar.

B. Pemakaian BBG
Teknologi BBG untuk kendaraan bermotor telah lama diterapkan di Italia sejak tahun 1934 dan menyusul negara negara lainnya seperti : Amerika, Selandia Baru, Kanada, Argentina, Malaysia, Brazilia, Muangthai dan Rusia. Di Indonesia, BBG telah diuji coba oleh suatu tim Evaluasi Teknis Proyek Percontohan Bahan Bakar Gas dengan hasil baik dan layak untuk dipakai pada kendaraan bermotor. Segala macam tipe/merk kendaraan dapat menggunakan BBG, untuk itu perlu dipasang peralatan tambahan yang disebut “Conversion Kit “. Bila diperlukan, kendaraan BBG dapat kembali menggunakan Bahan Bakar Minyak hanya dengan memutar tombol penyeleksi bahan bakar (2 sistem).

C. Kebijakan Harga BBG
Harga jual BBG lebih murah bila dibandingkan dengan harga jual minyak premium dan minyak solar. Kunci utama untuk mengurangi konsumsi BBM dan meningkatkan pemanfaatan BBG terletak pada kebijakan harga. Sebab, seandainya harga BBM disesuaikan sampai ke tingkat yang wajar (sesuai harga keekonomian), maka anggaran subsidi dapat diminimalisir, efisiensi konsumsi BBM oleh masyarakat akan meningkat dan sumber-sumber energi lain yang biaya pengadaannya (harga keekonomiannya) lebih murah dari BBM dapat berkembang menyesuaikan harga pasar. Daya beli masyarakat yang rendah, kebiasaan mengkonsumsi BBM dengan harga murah dan kelangkaan energi alternatif telah menimbulkan resistensi yang luar biasa terhadap upaya pengurangan/pencabutan subsidi BBM.
Dari hasil kajian, biaya pengadaan BBG jauh lebih murah dari BBM khususnya solar dan premium, apabila harga jual BBG dan BBM ditentukan oleh mekanisme pasar, maka BBG yang harganyan sekitar Rp. 850/lsp, akan mampu bersaing dengan BBM yang harganya sekitar Rp. 2000/liter. Namun pencabutan subsidi BBM (menaikkan harga BBM 3 kali lipat) sangat tidak realistis. Karena itu perlu “solusi jalan tengah” dengan melakukan pengalihan subsidi BBM kepada BBG sampai harga kedua jenis energi tersebut dapat ditentukan oleh mekanisme pasar. Usulan subsidi BBG tersebut, sama sekali tidak akan membebani Pemerintah. Sebaliknya Pemerintah justru diuntungkan karena yang terjadi bukanlah penambahan anggaran subsidi melainkan hanya mengalihkan alokasi subsidi dari BBM ke BBG dengan jumlah lebih kecil untuk setiap volume BBM yang di substitusi BBG.

D. Konsep Pengembangan BBG
Beberapa konsep dasar dalam rangka pengembangan BBG adalah:
1. Mengkondisikan agar BBG dan BBM dapat bersaing secara fair yakni membiarkan harga kedua jenis energi tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar atau untuk sementara waktu kedua-duanya disubsidi.
2. Pemberian insentif bagi pemilik kendaraan yang berminat memakai BBG.
3. Pengembangan BBG sebaiknya berdasarkan “per wilayah” bukan “per kota” dan berskala luas (investasi besar-besaran).
4. Pemasaran BBG sebaiknya menggunakan pendekatan product driven (resources base approach) bukan market driven.
5. Pengembangan dan pemasaran BBG sebaiknya dilakukan secara terencana, terpadu dan komprehensif (tidak parsial).
Tanpa konsep-konsep dasar tersebut, BBG akan sulit dikembangkan di Indonesia secara meluas sebagai energi substitusi BBM untuk kendaraan bermotor.
E. Keuntungan BBG
Bahan Bakar Gas menawarkan beberapa keuntungan :
1. Lebih ekonomis
2. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin
3. Aman didalam penggunaanya
4. Memberikan pembakaran yang bersih
5. Mengurangi polusi udara
6. Sudah dapat diproduksi di dalam negeri
7. BBG memiliki beberapa keunggulan terhadap BBM, antara lain karena cadangan gas bumi relatif masih cukup besar dan biaya pengadaannya lebih murah dari BBM.
8. Kendaraan yang menggunakan BBG akan memperpanjang usia pemakaian minyak pelumas, mesin dan busi, ramah lingkungan dan aman bagi pemakai.
9. Konsumsi BBM untuk sektor transportasi adalah yang paling dominan (mencapai 52%) dibandingkan untuk industri (19%), listrik (7%) dan rumah tangga (22%). Jadi substitusi BBM dengan BBG akan mengurangi konsumsi BBM secara signifikan.
Tabel. Spesifikasi Bahan Bakar Gas

0 komentar: