CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Sabtu, 13 Juni 2009

elnusa

Perjuangan Pertamina Merebut Elnusa

INILAH.COM, Jakarta - Polemik rencana Pertamina membeli 37,67% saham Elnusa belum usai. Yang menjadi pertanyaan berapa harga yang pantas dalam transaksi itu karena selama ini tersiar kabar harganya kemahalan, yaitu berkisar antara Rp 400-450 per saham.

Tentu saja banyak yang menentang, terutama dari pihak komisaris jika membeli dengan kisaran harga tersebut. Demikian juga Kementerian BUMN yang menjadi wakil pemegang saham Pertamina menolak transaksi itu.

Kementerian BUMN, wakil dari pemegang saham Pertamina, malah meminta direksi perseroan itu segera menjual seluruh saham Elnusa jika gagal membeli 37,67% atau 2,71 miliar saham dari PT Tri Daya Esta pada harga likuidasi yaitu di kisaran Rp 290 per saham. Pertamina kini menguasai 41,67% saham atau 3 miliar saham Elnusa.

Konon yang memberi rekomendasi harga itu adalah Danareksa Sekuritas yang berfungsi sebagai penasihat keuangan dalam pembelian saham Elnusa. Itulah sebabnya Meneg BUMN Sofyan Abdul Djalil sempat menolak hasil penilaian Danareksa Sekuritas terkait dengan valuasi harga saham Elnusa yang dibeli Pertamina.

Harga yang direkomendasikan oleh Danareksa ke Pertamina antara Rp 200-500 per saham. Meneg BUMN Sofyan Abdul Djalil mengingatkan Pertamina harus membeli Elnusa dengan harga yang wajar saat ini dan tidak berdasarkan perkiraan potensinya beberapa waktu ke depan.

"Kalau harga terlalu mahal, kami tidak mengizinkan Pertamina membeli Elnusa. Harga itu adalah harga yang sebenarnya dan jangan dilihat potensi sepuluh tahun yang akan datang, itu tidak boleh," katanya kemarin.

Bahkan, demikian Sofyan, kinerja Elnusa yang bagus tidak lepas dari keberadaan Pertamina yang banyak memberi proyek kepada perusahaan penyedia jasa layanan migas tersebut.

Ia mengatakan, apabila Pertamina yang memberi nilai tambah ke Elnusa membeli dengan harga premium akan merugikan BUMN pertambangan itu. Kalau demikian, seharusnya Pertamina mencari perusahaan lainnya untuk investasi.

Yang lebih mencurigakan lagi karena proses penilaian Elnusa yang melibatkan Danareksa kemungkinan terdapat konflik kepentingan. Karena di sana ada salah satu komisaris Elnusa yang juga komisaris di Danareksa.

Karena kegaduhan soal harga yang akan ditawarkan Pertamina itu, harga saham Elnusa dalam seminggu terakhir terus bergerak naik, bahkan sempat hampir menyentuh level Rp 400 per saham.

Menurut kalkulasi sejumlah analis jika Pertamina bersikeras membeli saham Elnusa pada harga Rp 450 per saham, premium 28,57% dari harga wajar Elnusa di level Rp 350 jelas saja Tri Daya diuntungkan Rp 100 per saham atau Rp 271,1 miliar.

Sebenarnya selain Pertamina, perusahaan lain yang mengajukan penawaran membeli Elnusa adalah Ciptadana, serta konsorsium Northstar-Saratoga Capital. Konsorsium yang terakhir ini mengajukan harga Rp 450 per saham, sedangkan Ciptadana Rp 315 per saham.

Sempat tersiar berita bahwa bahwa konsorsium Northstar-Saratoga mengundurkan diri dari rencana pembelian itu. Namun segera CEO Saratoga Sandiaga S Uno membantah mengenai kabar tersebut.

Seorang analis mengatakan, sebenarnya kabar bahwa Pertamina akan membeli di harga yang tinggi merupakan permainan orang dalam, terutama dari jajaran komisaris. Jadi semacam pembusukan sehingga rencana dewan direksi Pertamina itu ditolak Kementerian BUMN sebagai pemegang saham.

Karena terbukti akhirnya direksi perusahaan BUMN itu secara tegas mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengajukan penawaran pembelian 37,67% saham Elnusa di atas Rp 300 per saham.

Hal itu dikemukakan oleh Direktur Keuangan Pertamina Ferederick ST Siahaan. Ia menuturkan bahwa sejak pertama perusahaan itu selalu mengajukan harga di bawah Rp 300 per saham.

"Lagi pula kami selalu tergantung pada pemegang saham. Artinya, kami bisa membeli saham Elnusa apabila pemegang saham telah memberikan izinnya melalui rapat pemegang saham," ujarnya.

Dengan harga yang tidak mahal itu hampir dipastikan pemegang saham akan merestui aksi korporasi Pertamina. Lalu, bagaimana peluang BUMN itu melawan dua calon pembeli yang lain?

Kemungkinan tawaran Pertamina untuk diterima Tri Daya sebagai penjual sangat besar karena Pertamina sudah memiliki 41% saham di Elnusa. Apalagi bagi Elnusa, persoalannya bukan hanya sekadar harga, tetapi nilai tambah yang tercipta apabila dimiliki sepenuhnya oleh BUMN itu. [E1]

Refineres

Jenis refineries

Berbagai jenis refineries termasuk:

PGE siapkan UAP 10 MW

Hal ini disampaikan dalam siaran pers perseroan, Jumat (5/6). Dari hasil kegiatan uji produksi sumur tersebut diperoleh data bahwa sumur tersebut dapat memproduksikan 10 MW. Sumur UBL 5 diuji dengan metode buka tegak (vertical discharge).

Lokasi Proyek UBL 5 ini terletak di Desa Pagaralam Kecamatan Ulubelu-Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sumur UBL 5 merupakan satu di antara dari 9 sumur yang telah dibor di daerah Ulubelu untuk pembangkitkan listrik 2 x 55 Mwe. Energi listrik akan mulai berproduksi komersial pada 2011.

Sumur UBL 5 merupakan pemboran berarah / miring dengan kedalaman berarah hingga 1705 mku (meter kedalaman ukur), dengan temperatur di resevoir sebesar 260�C. Pemboran tersebut dikerjakan oleh tenaga ahli dari dalam negeri. Proyek ini merupakan Salah satu proyek yang diunggulkan potensi Panas Bumi di Ulubelu cukup besar yaitu sekitar 300 MW.

Sebelumnya PT PGE berhasil melakukan uji produksi sumur UBL 2 & UBL 3. Hasil pencatatan sementara masing-masing sumur menghasilkan energy listrik berkisar 10 MWe. Hal ini menambah keyakinan bahwa prospek Ulubelu dapat beroperasi sebagai lapangan Panas bumi.

Potensi cadangan panasbumi didaerah ini mencapai 300 MWe. Tahap pertama PT PGE akan mensuplai uap kepada pembangkit listrik PLTP unit 1 & 2 milik PT PLN. Untuk pengembangan selanjutnya maka akan diusahakan secara total project oleh PT PGE.

Saat ini PGE telah membangkitkan energi Panas bumi listrik sebesar 272 MWe yang berasal dari lapangan Kamojang, Lahendong dan Sibayak. PT PGE juga sedang melakukan eksplorasi diberbagai daerah diantaranya, Lumut Balai (Sumatra selatan), HuluLais (Bengkulu), Sungai Penuh (Jambi) dan Kotamobagu (Sulut). Diharapkan 5 tahun kedepan PT PGE dapat menghasilkan listrik sebesar 1342 MWe.

PGE sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero) mampu menunjukkan kiprahnya sebagai perusahaan energi ramah lingkungan. Penghargaan yang bergengsi juga diperoleh yaitu Proper Hijau untuk Area Geothermal Kamojang dan Lahendong.

PGE juga meraih Emas Padma Award yang merupakan award dibidang CSR dalam pemanfaatan Brine Water untuk pabrik gula aren dan penghargaan lainnya di lingkungan Pertamina. Pemanfaatan uap Panas Bumi ini membantu penghematan bahan bakar yang sangat besar. Diharapkan pada 10 tahun ke depan Energi Panas Bumi dapat menjadi primadona energi di Indonesia.

Lost" dan "Gain"

Istilah "lost and gain" dalam operasi pengeboran ini sangat lazim dan sangat sering terjadi. Saat ini sudah ada alat yg disebut BOP (BlowOut Preventer), alat ini yang akan digunakan ketika terjadi lost-gain, sebagai katup pengaturnya.
Apabila beratjenis lumpur pemboran memiliki berat yg lebih berat dari tekanan formasi maka akan terjadi masuknya lumpur ke formasi yg porous. Lost merupakan kejadian ketika lumpur masuk ke formasi ini.
Apabila BJ lumpur terlalu kecil, maka lumpur tidak kuat menahan aliran fluida dari pori-pori batuan. Lah, ya saat itu terjadi "gain" atau adanya tambahan fluida yg masuk kedalam lubang sumur. Kalau hal ini tidak teratasi atau terlewat karena proses penyemburannya sangat cepat maka aliran fluida dari batuan didalam tanah ini terjadi terus menerus, Seterusnya fluida akan muncrat keluar melalui lubang sumur dan lubang ditengan pipa pemboran. Ini yang disebut sebagai semburan liar atau "blowout". Yang keluar bisa berupa minyak, gas, ataupun air dan bahkan campuran.Kondisi tekanan masing-masing lapisan di dalam bumi sana itu tidak seragam, juga tidak di setiap tempat sama. Tekanan fluida pada Batugamping (karbonat) di formasi Kujung di BD-Ridge yang memanjang dari lapangan BD ke daerah Porong ini, berbeda dengan Bagtugamping kujung di Laut Jawa. Berbeda pula perilaku dan sebaran tekanannya dengan batugamping di Baturaja Sumatra, berbeda pula dengan yang di Irian. Memang secara mudah semakin dalam,maka tekanannya semakin besar. Namun ada kalanya sebuah lapisan mempunyai tekanan yg rendah atau bahkan bila disetarakan dengan tinggi kolom air memiliki tekanan dibawah berat jenis air. Ketika ada dua zona tekanan yg berbeda inilah pen-design sebuah sumur harus jeli. Harus tahu dimana harus memasang selubung (casing) yang tepat. Pipa selubung (casing) ini berfungsi untuk mengisolasi zona bertekanan tidak normal, sehingga penanganannya lebih mudah tidak menimbulkan komplikasi.

Kamis, 11 Juni 2009

drilling service

Pertamina Drilling Sevices Indonesia yang merupakan salah satu bagian PT.Pertamina (Persero), bergerak di bidang Drilling Services sesuai dengan namanya, Drilling Services yang dimaksud adalah pekerjaan Pemboran dan Kerja Ulang Pindah Lapisan sumur-sumur migas dan geothermal. Salah satu bagian dari Direktorat Hulu setara dengan anak perusahaan PT. Pertamina (Persero) lainnya seperti PT. Pertamina (EP), PT. Pertagas, PT. EPTC dan lain-lain, namun bedanya PDSI masing menjadi bagian dari induk perusahaan dan belum berdiri sendiri sebagai Anak Perusahaan yang mempunyai badan usaha sendiri.

Sejarah berdirinya PDSI adalah berdasarkan Kebijakan Direksi pada tahun 1999 yang mengubah Fungsi Bor menjadi fungsi atau bagian Direktorat Operasi Hulu (DOH) Pertamina menjadi SBU. Perkembangan terbentuknya Pertamina Drilling Services adalah sebagai berikut, pada periode tahun 1978-1988 ada pengajuan untuk melakukan swastanisasi bor namun mengalami kegagalan karena tidak dapat dukungan dari bawah, periode 1993-1996 dibentuk Bor Mandiri namun gagal karena ditolak oleh DKPP, periode 1996-1998 pengelolaan diambil alih oleh YKPP, namun masih gagal karena tidak ada kesepakatan pembebanan, dan yang terakhir adalah periode 1999-2007 proses pembentukan Unit Usaha Bor EP mengalami keberhasilan berupa pembentukan organisasi Usaha Unit Bor di Direktorat Hulu.

Unit Usaha Bor di Direktorat Hulu efektif berjalan terhitung mulai tanggal 01 Januari 2001. Kemudian terjadi pembentukan organisasi sementara Drilling Services Indonesia Direktorat Hulu. Organisasi sementara tersebut kemudian dibentuk menjadi Organisasi Drilling Services Direktorat Hulu.

Kini Pertamina Drilling Service Indonesia sudah diambang kelahirannya sebagai benih baru Anak Perusahaan. Memiliki status baru seperti 19 Anak Perusahaan PT. Pertamina. Mulai bersaing dalam bisnis subur pemboran yang akhir-akhir ini mulai mencuat dan ramai. Pertamina juga menyuntikkan dana Rp 500 miliar untuk pembentukkan anak usaha terbarunya, Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI).

Saat ini, Pertamina sebenarnya sudah merintis bisnis di sektor eksplorasi melalui salah satu anak perusahaannya, yakni PT Usayana yang memiliki 7 unit rig atau alat pengeboran. Rencananya, PDSI memang disiapkan untuk menjadi lebih besar. Karena itu, PDSI memiliki 26 rig yang sudah beroperasi baik di sumur minyak dan gas, geothermal maupun kerja ulang.

Senin, 08 Juni 2009

distilasi

Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).


Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai berikut :

1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C

2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C

4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C

5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C

6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%200606249_IE6.0/halaman_11.html

http://id.wiki.detik.com/mediawiki/images/3/3c/Crude_Oil_Distillation.png


bit

PAHAT PEMBORAN (DRILLING BIT)


Kegunaan Pahat Bor

Untuk mendapatkan kedalaman yang diharapkan diperlukan suatu alat yang letaknya di ujung rangkaian pipa pemboran dinamakan mata bor atau bit. Mata bor atau bit adalah alat yang terpasang di ujung paling bawah dari rangkaian pipa yang langsung berhadapan dengan formasi atau batuan yang di bor. Adanya putaran dan beban yang diperoleh dari rangkaian pipa bor diatasnya, akan menyebabkan mata bor itu menghancurkan batuan yang terletak dibawah sehingga akan menembus semakin dalam bebatuan tersebut. Lumpur yang disirkulasikan akan keluar melalui mata bor dan menyemprotkan langsung kebatuan yang sedang dihancurkan di dasar lubang bor. Semprotan ini akan ikut membantu menghancurkan batuan-batuan itu. Batuan yang disemprot oleh Lumpur tadi akan lebih mudah lagi dihancurkan oleh mata bor, sehingga dengan demikian akan diperoleh laju pemboran yang lebih cepat.

Jenis Pahat
Ada tiga macam mata bor jika dilihat dari jenis batuan yang dibor, yaitu :
Mata bor untuk batuan lunak , bentuk gigi panjang dan langsing.
Mata bor untuk batuan sedang, bentuk gigi agak pendek dan tebal.
Mata bor untuk batuan keras, bentuk gigi pendek dan tebal.

Berdasarkan structure pemotong (cutter) dan bantalannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Wing Bit
Dipergunakan untuk dilapisan permukaan, umumnya dipakai pada lubang-lubang besar untuk stove pipe yang dalamnya berkisar atara 0 – 30m. Ukuran pahat tersebut biasanya 36 inchi.

Roller Cone
Pahat roller cone biasa dipakai untuk lapisan lunak sampai lapisan keras.

Diamond
Pahat Diamond merupakan sejenis bahan yang mempunyai kekerasan yang sama dengan intan (intan industri) dipakai apabila pahat biasa sudah tidak dapat menembus formasi, umumnya untuk lapisan-lapisan yang keras.

Dari ketiga macam jenis pahat tersebut yang terbanyak dipergunakan adalah jenis Roller Cone.

Pahat roller cone yang biasa dipakai di buat oleh beberapa pabrik yaitu ;
Hughes
Reed
Varel
Smith
Security

Roller Cone dibagi juga dengan klasifikasi dan kekerasan pahat itu sendiri yaitu dengan no. code misalnya untuk yang soft IADC code : 111, 114 ( International Assosiation Drilling Code ).Kekerasan pahat disesuaikan dengan formasi yang akan dilaluinya misalnya : soft to medium, medium to hard, untuk mempermudah mengenal apakah pahat itu untuk formasi lunak, sedang dank eras maka yang perlu diperhatikan adalah bentuk gigi pahat tersebut.

Pemilihan Pahat
Didalam pemilihan pahat adalah, Pahat yang dipergunakan untuk mengebor formasi tertentu, tergantung pada kekerasan batuan dari formasi tersebut. Pahat yang dipakai untuk mengebor batuan lunak tidak dapat berfungsi dengan baik bila dipakai untuk mengebor batuan sedang atau batuan keras.Pengetahuan tentang pemilihan pahat untuk mengoptimasikan pemboran tidak seluruhnya teoritas, tetapi dalam banyak hal pemilihan ini tergantung pada pengalaman-pengalaman yang didapat dalam pemboran didaerah yang sudah diketahui atau dikenal.
Hasil pemilihan pahat ini sangat penting karena menyangkut :
Biaya dari pahat.
Rig cost
Round trip / cabut masuk.
Dari ketiga biaya ini barulah dapat menghitung operation cost ( biaya operasi).

Dalam pemboran harus dicatat kemajuan pemboran serta memeriksa serbuk bor yang keluar untuk mengetahui kekerasan dari formasi yang akan ditembus. Semua data yang dicatat pada saat pemboran berlangsung sangat penting karena menyangkut waktu dan biaya, juga sebagai data bila dilakukan pemboran ulang ditempat yang sama. Pemilihan pahat yang tidak sesuai akan memakan waktu yang lama sehingga pahat harus dicabut dan diganti. Untuk daerah-daerah yang baru biasa disebut daerah Eksplorasi ketelitian pemilihan pahat sangat diperlukan dan perlu dilakukan study pemakaian pahat yaitu dengan meneliti kemungkinan bergantinya lapisan formasi dari laju pemboran maupun dari serbuk-serbuk bor (cutting) yang keluar terbawa Lumpur bor.
Dari hasil ini perlu melihat data-data dari pahat itu sendiri berupa beban yang diizinkan untuk pahat tersebut, kemudian berapa putaran pipa atau string yang diperbolehkan. Semua petunjuk mengenai pahat yang akan dipakai haruslah sesuai bila kita ingin mencapai laju pemboran yang kita inginkan.

Beban pada pahat

Beban yang diberikan terhadap pahat merupakan factor yang sangat penting, yaitu dimana saat pahat mulai bekerja ( bor ) maka beban pahat mulai dinaikan perlahan-lahan dengan melihat laju dengan bertambahnya beban yang diberikan pada pahat. Dari beban pahat kemudian perlu mengetahui kecepatan putar ( RPM ).

Kecepatan Putar
Laju pemboran akan meningkat dengan kenaikan kecepatan putar secara exponential.
Dari pemakaian pahat bor ( drilling bit ) yang perlu diperhatikan bahwa setiap barang mempunyai umur tertentu demikian juga pahat bor ( bit life ).

Keausan pada gigi pahat dan bantalan pahat.
Disamping umur dari pahat juga tertentu, maka keausan gigi dan bantalan pahat perlu diperhatikan. Contoh yang perlu diperhatikan pada saat operasi pemboran berlangsung, dengan menurunnya laju pemboran maupun sering adanya torque ( torsi ) pada saat mengebor.
Dalam pemakaian pahat untuk mengebor batuan maka gigi pahat dan bantalan akan menjadi aus, laju keausan dari gigi pahat dan bantalan tersebut tergantung kepada type batuan, beban pada pahat ( WOB ), kecepatan putar ( RPM ) dan sifat-sifat Lumpur pemboran.
Untuk mengoptimasikan pemboran maka pahat tersebut harus dicabut dan diganti sesuai dengan kekerasan dari lapisan yang akan ditembus. Melanjutkan pemboran dengan gigi-gigi pahat yang telah aus akan meninggikan biaya pemboran, disamping kemungkinan terlepasnya gigi pahat / cone sangat besar.
Hal ini sangat penting diperhatikan agar tidak terjadi pekerjaan tambahan diluar program kerja.

Contoh :
Bila pahat terlepas (cone) dan tertinggal didalam lubang bor maka untuk melanjutkan pemboran yang tertinggal didalam lubang harus diambil(dibersihkan) terlebih dahulu, bila tidak pemboran tidak dapat dilanjutkan karena akan menghambat laju pemboran dan kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat meninggikan Cost akan terjadi. Untuk melanjutkan pemboran dengan benda-benda yang tertinggal di lubang bor mungkin dapat dihancurkan, tetapi memerlukan waktu yang lama bila dibandingkan dengan mengambil (fishing job)kemudian dilanjutkan bor.
Kemungkian lain adalah masih adanya kendala karena lubang tidak bersih dari hasil serbuk bor yang tidak hancur. Dari pekerjaan-pekerjaan tambahan ini, kita kehilangan waktu yang mengakibatkan naiknya biaya operasi.


Umur Pahat
Perlu diingatkan bahwa ketahanan suatu barang juga tidak terlepas dari umur barang itu sendiri, demikian juga dengan pahat bor (Drilling bit). Drilling bit pun kita kenal mempunyai umur pahat( bit life ) yaitu : jumlah jam pengoperasian pahat hingga ia tidak dapat melanjutkan pemboran dengan cost/foot yang rendah . Umur dari pahat tersebut tergantung dari beberapa faktor :
Beban pada pahat ( WOB )
Kecepatan putar ( RPM )
Karateristik dari batuan
Hydrolika
Optimum cost/foot

Dengan memakai WOB dan RPM yang lebih besar, pahat akan menjadi aus lebih cepat ; umurnya akan lebih pendek. Demikianpun dengan bit hydraulic yang tidak cukup akan mempertinggi laju keausan pahat , yang selanjutnya akan lebih memperpendek umur pahat.

Rumus yang dipakai untuk mengoptimasikan umur pahat dalam bentuk biaya per foot adalah :

C / F = ( Cb + Ct + Cd + Cc + Cr ) / bit footage

Dimana :
C / F = Cost per foot
Cb = Harga pahat
Ct = Biaya tripping
Cd = Down time cost
Cc = Connection Cost
Cr = Rotating Cost

Untuk menentukan kapan pahat akan diganti harus dipakai angka C/F yang terendah .

Salah satu penyebab dari laju pemboran disamping penentuan pahat yang sesuai juga tergantung dari nozzle yang kita pakai pada pahat.

Pemakaian nozzle

Dari pemakaian nozzle yang tepat ( dihitung ) dapat menaikkan laju pemboran sebesar 15 – 40 %, juga tidak terlepas dari bit hydraulic yang dihasilkan oleh lumpur melalui nozzle tersebut .
Dalam pelaksanaan pemboran sebelum pahat dimasukkan kedalam lubang bor, yang perlu diperhatikan adalah :
Catat ukuran pahat
No. Serie / IADC Code
Periksa kondisi pahat
Ukuran nozzle dan kelengkapannya
Penyambungan pada pipa bor harus memakai bit breaker dengan torque yang disarankan .


KERUSAKAN PAHAT

Bit life tidak selamanya menjadi patokan untuk tripping ( ganti pahat ) tetapi hanya sebagai Guide ( Penuntun ) dari pahat itu. Kapan kita harus mengganti pahat tidak perlu menunggu sampai habis umur pahat itu, tetapi tergantung dari kecepatan mengebor ( ROP ).Ini sangat perlu diperhatikan karena semuanya menyangkut biaya. Dalam pengalaman kadang - kadang pahat yang seharusnya bisa mengebor diatas 50 jam ( bit life ) ternyata baru 6 jam tidak ada kemajuan, ini harus segera diganti, kemudian perlu diteliti apa penyebabnya.
Penyebabnya yang sering terjadi adalah :
1. Rusaknya pahat ; terutama
a. Cone
b. Gigi
c. Bearing
2. Tidak cocoknya type pahat dengan formasi yang ditembus
3. Kejatuhan barang dalam lubang bor sehingga menghambat laju pemboran.

Dari kerusakan - kerusakan pada pahat bisa terjadi pada gigi pahat, cone & bearing.

Contoh kerusakan adalah :
Cone pecah, Gigi pahat pecah/patah, Balled Up, Cone Cracked (pecah),Cone Dragged (Salah satu cone atau lebih)tidak bisa berputar, Erosion, Lost Cone, Lost Nozzle, Lost Teeth, Wash Out Bit.

Ukuran - ukuran pahat yang biasa dipakai :
Pahat 36” untuk pipa selubung 30”
Pahat 26” untuk pipa selubung 20”
Pahat 17. 1/2" untuk pahat selubung 13. 3/8”
Pahat 12. 1/4” untuk pipa selubung 9. 5/8”
Pahat 8. 1/2” untuk selubung 7”
Pahat 6” untuk pipa selubung 4.1/2”

http://drilltech.blogspot.com/2009/02/pahat-pemboran-drilling-bit.html
http://wb5.itrademarket.com/pdimage/55/1185555_rock-bit.gi