CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Kamis, 18 Juni 2009

Baterai bertenaga Udara



Semakin hari, kian banyak bermunculan inovasi baru di bidang teknologi baterai. Bila sebelumnya ada baterai yang menggunakan virus, baru-baru ini teknologi baterai baru justru ditenagai oleh udara.

Teknologi baterai baru yang dinamakan STAIR (St Andrews Air) menjanjikan sebuah baterai yang lebih ringan dan lebih bandel daripada teknlogi baterai Lithium Ion biasa.

Tidak seperti baterai biasa, baterai ini tidak menggunakan bahan Lithium Kobalt Oksida dan menggantikannya dengan karbon berpori serta oksigen yang diserap dari udara. Alhasil, baterai ini akan mengurangi beban pengguna laptop, misalnya, saat bepergian ke luar.
Namun, ia diklaim dapat menyimpan energi hingga 10 kali lebih banyak daripada baterai cell biasa, dan memiliki usia yang 10 kali lebih lama.

Jadi, bila sebuah baterai bisa menghidupkan sebuah laptop selama sekitar 3 jam, secara teoritis baterai ini bisa menghidupkan perangkat yang sama hingga 30 jam. Baterai ini juga harus dicas seperti halnya baterai biasa.

Namun, saat energinya digunakan untuk menyalakan barang elektronik, baterai ini menyerap oksigen yang berada di sekitar baterai. Oksigen yang terserap akan bereaksi dengan karbon berpori.

“Keunggulan baterai ini adalah ukurannya yang jauh lebih kecil dan ringan, sehingga memudahkan kita di saat perjalanan, ujar Peter Bruce, seorang profesor dari Jurusan Kimia University of St Andrew, dikutip dari situs web Telegraph.

Lebih lanjut, Peter menjelaskan, ukuran dan berat juga merupakan faktor penting dalam mengembangkan alternatif sumber energi bagi berbagai perangkat seperti mobil listrik. “Setiap orang yang mengembangkan mobil listrik ingin agar bobot baterai bisa dikurangi sebisa mungkin.”

Tak hanya itu, kata Peter, penyimpanan juga sangat penting untuk mengembangkan energi. Misalnya untuk baterai bertenaga matahari atau tenaga angin, karena sumber tenaga tadi tidak akan tersedia sepanjang hari. Sementara udara akan selalu tersedia.

Baterai ini dianggap cocok menjadi alternatif energi untuk menghidupkan berbagai perangkat elektronik mulai dari laptop, ponsel, hingga mobil listrik.

Sayangnya, baterai ini masih belum begitu populer, dan diperkirakan baru bisa hadir secara luas di masyarakat sekitar lima tahun ke depan.

0 komentar: